IPA

Kamis, 02 Februari 2017

Urine adalah cairan sisa metabolisme yang dihasilkan ginjal dan dikeluarkan dari tubuh melalui kencing. Urine terdiri atas air dan bahan-bahan yang terlarut di dalamnya. Bahan-bahan terlarut tersebut berupa sisa metabolisme tubuh seperti urea, garam terlarut, serta materi organik lainnya. Terbentuknya urine sendiri ternyata melalui suatu rangkaian proses panjang yang terus terjadi setiap hari secara berulang-ulang. Proses pembentukan urine inilah yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini.

Proses Pembentukan Urine

Secara umum, proses pembentukan urine melalui 3 tahapan, yaitu proses filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan proses augmentasi (pengeluaran zat). Masing-masing proses dan skema pembentukan urine tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Proses Pembentukan Urine





















Skema Proses Pembentukan Urine

1. Proses Filtrasi (Penyaringan)

Proses pembentukan urine diawali dengan filtrasi atau penyaringan darah. Penyaringan ini dilakukan oleh glomerulus pada darah yang mengalir dari aorta melalui arteri ginjal menuju ke badan Malpighi. Penyaringan akan memisahkan 2 zat. Zat bermolekul besar beserta protein akan tetap mengalir di pembuluh darah sedangkan zat sisanya akan tertahan. Zat sisa hasil penyaringan ini disebut urine primer (filtrat glomerulus). Urine primer biasanya mengandung air, glukosa, garam serta urea. Zat-zat tersebut akan masuk dan disimpan sementara dalam Simpai Bowman. [Baca Juga : Fungsi Hati sebagai Alat Ekskresi
2. Proses Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)
Setelah urine primer tersimpan sementara dalam Simpai Bowman, mereka kemudian akan menuju saluran pengumpul. Dalam perjalanan menuju saluran pengumpul inilah, proses pembentukan urine melalui tahapan reabsorpsi. Zat-zat yang masih dapat digunakan seperti glukosa, asam amino, dan garam tertentu akan diserap lagi oleh tubulus proksimal dan lengkung Henle.  Penyerapan kembali dari urine primer akan menghasilkan zat yang disebut dengan urine sekunder  (filtrat tubulus). Urine sekunder memiliki ciri berupa kandungan kadar ureanya yang tinggi.

3. Proses Augmentasi (Pengeluaran Zat)

Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Di sini, urine sekuder akan melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga ginjal.

Proses Pembentukan Urine





















Tahapan Pembentukan Urine dan Zat yang Dihasilkan


Dari rongga ginjal, proses pembentukan urine diakhiri dengan mengalirnya urine sesungguhnya melalui ureter untuk menuju kandung kemih (vesika urinaria). Apabila kandung kemih telah penuh dan cukup mengandung urine, ia akan tertekan sehingga akan menghasilkan rasa ingin buang air kecil pada tubuh. Urine kemudian dialirkan melalui saluran pembuangan yang disebut uretra.

Nah, demikianlah tahapan proses pembentukan urine beserta skema dan gambar yang dapat kami sampaikan di kesempatan kali ini. Dari penjabaran di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa hal-hal yang sering dianggap sepele oleh kita –seperti halnya buang air kecil, ternyata merupakan ujung dari proses panjang yang rumit. Akan tetapi semuanya berlangsung secara otomatis dan berjalan tanpa hambatan. Ini tentu merupakan bukti kuat bahwa kehidupan di alam semesta ini pasti ada yang mengaturnya. Ini merupakan bukti kuat bahwa Tuhan itu ada.

Terakhir kali, kami berharap semoga artikel proses pembentukan urine ini dapat bermanfaat bagi Anda semua dan dapat membantu pemahaman ilmu biologi di sekolah. Salam.
http://www.ebiologi.com/2016/01/proses-pembentukan-urine.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar