Rumah Adat Jawa Limasan
Neraca. Jika menilik dari sejarah bangsa sendiri, yaitu sejarah dari tanah pulau Jawa, rumah merupakan wadah hidup yang diartikulasikan mempunyai nyawa untuk menopang manusia dalam berumah tangga dan menjalani kehidupan pada kesehariannya. Orang Jawa membuat rumah dengan kesadaran penuh terhadap guna masing-masing pembentuk rumah tersebut, mulai dari pondasi hingga struktural penutup rumahnya. Mereka memberikan arti berdasarkan fungsi kegunaan benda-benda tersebut sebagai bagian dari rumah. Mulai dari pemilihan bahan hingga nama-nama setiap materialnya, mempunyai arti yang sakral dan sangat jujur terhadap fungsi-fungsi kebaikan untuk kehidupan manusia.
Rumah Limasan memiliki sistim struktur knockdown yang sangat simple, sehingga sistim struktur tersebut masih dipakai sampai saat ini. Sambungan-sambungan kayu di perkuat dengan sistim sundhuk, sehingga kelenturan daya elastisitas material kayu dapat memberikan gerakan-gerakan tertentu, yang dapat meredam getaran atau goncangan akibat dari pergeseran tanah atau gempa bumi. Hal ini dimungkinkan, karena mereka belajar dari nenek moyang terdahulu yang sudah merasakan bahaya gempa bumi terhadap bangunan. Pembelajaran sistim sederhana ini harus dilestarikan sebagai nilai sejarah dan nilai estetika struktur harus dikembangkan sebagai sistim-sistim yang lebih modern.
Limasan merupakan bentuk atau sebutan rumah adat Jawa, khususnya Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa daerah di Jawa Barat, serta pesisir pantai utara dan selatan. Terdapat pula pada daerah Bali dan Madura mempunyai bentukan sama, tetapi memiliki sistim konstruksi yang sedikit berbeda. Rumah limasan ini mempunyai bentuk yang sederhana layaknya bentuk rumah pada umumnya. Perbedaannya adalah sistim dari konstruksi bangunannya dapat dibongkar pasang, tanpa merusak keadaan rumah tersebut. Hal tersebut yang menjadikan rumah ini terlihat unik dengan sistim knockdown-nya sebagai daya tariknya. Hal itu dikarenakan, rumah ini memakai konstruksi kayu secara keseluruhan pada sistim konstruksinya.
Pada kebanyakan rumah yang ditemui, kayu jati merupakan kayu yang baik sebagai konstruksi untuk bangunan rumah limasan ini. Kayu Jati dipercaya mempunyai struktur serat yang bagus dan tahan lama, hingga dapat mencapai umur ratusan tahun. Pemilihan kualitas kayu sangatlah penting untuk kekuatan struktur daripada rumah limasan ini. Biasanya kayu yang sudah tua dengan serat bagus, dapat dipilih sebagai kontruksi untuk pembuatan rumah limasan ini. Selain kayu jati, juga ditemui seperti kayu nangka, kayu akasia dan kayu sonokeling bisa digunakan sebagai kontruksi utama atau konstruksi pengisi.
Bentuknya yang sederhana menjadikan rumah limasan ini mempunyai derajat netral, maksudnya adalah rumah ini biasanya dimiliki oleh orang kalangan bawah hingga kalangan atas. Bermacam-macam bentukan ornamen dan tambahan-tambahan fungsionaltas serta material-material menjadikan perbedaan karakter dan tingkatan penghuni rumah tersebut.
Selain dari kontruksi utamanya yang terbuat dari kayu, konstruksi dinding pengisi juga terbuat dari lembaran kayu solid dengan bukaan-bukaan jendela yang juga terbuat dari kayu.
Rumah Limasan asli peninggalan nenek moyang ini sudah sangat jarang ditemui, karena bentukannya yang mungkin dirasa kurang cocok dengan sistim kehidupan pada saat ini. Hal tersebut dikarenakan rumah ini menjadikan aktivitas penghuninya tidak dapat terbatasi, dengan ruang besar yang dijadikan satu untuk keseluruhan aktivitas penghuninya. Peninggalan rumah limasan ini patut dilestarikan sebagai cikal bakal dari bentukan rumah yang simple dan sederhana.
Rumah limasan sendiri ada berbagai jenis :
- Limasan Sinom Lambang Gantung Rangka Kutuk Ngambang
- Limasan Lambang Sari
- Limasan Trajumas Lawakan
- Limasan Trajumas
- Limasan Trajumas Lambang Gantung
- Limasan Semar Tinandhu
- Limasan Lambang Teplok
- Limasan Apitan Pengapit
http://www.neraca.co.id/article/6011/rumah-adat-jawa-limasan
kontennya bagus
BalasHapusfinancial